Gw mau review film lagi niih. No.. no.. bukan Dilan 1991. Udah nonton sih, cuma ya ituu.. seperti yang udah pernah gw tulis, gw gak terlalu enjoy sama novel Dilan 1991. Pas nonton enjoy gak? Pastinyaaaa.. kan ada Dek Dilan! Cuma alur ceritanya aja yang gw gak demen.
Jadi yang mau gw review itu film Five Feet Apart. Sedari gw nonton Capt. Marvel trailernya di ulang-ulang terus. Dan sepertinya menarik. Dan akhirnya kesampean juga ditonton. Dan menurut gw film ini oke! Gw yang gak suka drama cukup menikmati dengan sedikit genangan air di mata.
Jadi ceritanya, ada beberapa remaja yang mereka didiagnosa terkena penyakit Cystic Fibrosis (CF) yang setelah gw browsing ini adalah penyakit yang menyerang paru-paru. Dan merupakan penyakit genetic, dimana sel yang ada di dalam tubuh memproduksi lendir di paru-paru. Lendir ini bisa menjadi tebal dan kaku. Jadi orang yang mengalami penyakit ini bakalan kesusahan bernapas.
Tidak bisa sembuh kecuali dengan cara transplantasi paru-paru. Selain itu hanya pengobatan untuk mengeluarkan atau mencairkan lendir.
Oke baik ke film, si beberapa remaja ini berjuang buat hidupnya dari kecil. Kemana2 bawa tabung gas. Dan playgroundnya mereka ya cuma di rumah sakit. Di awal cerita, remaja-remaja CF ini bisa menjalankan hidup dengan santai.. jadi vlogger, gambar ini itu bergaul dengan keluarga dan teman, dan lain sebagainya.
Suatu saat Stella ketemu sama Will. Pasien CF baru yang lagi uji coba pengobatan baru. Tapi dimata Stella, Will terlalu santai sama obatnya.. sama hidupnya. Stella yang OCD agak keganggu sama ketengilan Will. Singkat cerita akhirnya mereka berdua jadi dekat semenjak Stella membantu Will ngejalanin pengobatannya. Dan mereka pun jatuh cinta..
Penderita CF gak menularkan penyakitnya ke orang lain. Tapi sesama penderita CF, jika berdekatan bisa memperburuk keadaan penderita. Jadilah ada aturan jarak 1.8 meter atau 6 feet. Mereka gak boleh ada kontak fisik sama sekali.
Kok 6 feet? Katanya 5 feet?!
"After all the CF is stolen from me, i don't mind stealing something back. Just 1 foot."
Anak muda yang lagi jatuh ini ambil diskon 1 feet. Gw pas nonton bagian ini, senyum.. karena menurut gw adegan ini sweet. Lagian siapa juga yang mau jauh-jauhan sama orang yang kita sayang? Gak apa deh nyolong dikit. Jadilah mereka kemana-mana 'gandengan' pakai tongkat billiard.
Saat salah satu teman mereka tiba-tiba meninggal, Stella dan Will langsung uring-uringan. Stella memutuskan buat pergi lihat sunrise. Will ikut menemani. Saat 'berpetualangan', terjadi sesuatu sama Stella. Dan... dan... dan... nonton sendiri. Hahahahaa..
Ya udah, endingnya aja deh. Menurut gw film ini happy ending. Happy ending dengan caranya. Happy ending yang realistis.
**
"I'm tired of living without really leaving."
Film ini menurut gw ada banyak pelajarannya. Seenggaknya kita yang Alhamdulillah gak dikasih kekurang fisik jadi bisa tahu perspektif mereka yang punya beberapa atau banyak batasan. Padahal sesimple urusan sentuhan.
Pas nonton, gw denger narasi di awal dan akhir filmnya.. barulah gw sadar ternyata segitu pentingnya sebuah sentuhan. Sentuhan adalah bahasa. Yang gak bisa diungkapkan dengan ucapan.. diungkapkan dengan sentuhan. Kalo kata Stella "We need touch from the one almost as much as we need air to breath." makyuss kan?